Bahan Ajar SMK Teknik Mekanik Otomotif

Tehnik Kendaran Ringan

Sabtu, 23 Mei 2015

Ini Penyebab Pelek Rusak

Ini Penyebab Pelek Rusak

Meskipun dibalut ban, pelek juga bisa rusak. Retak, peyang, robek dan pecah, itulah kendala yang biasa dialami. Bila kondisi tersebut terjadi dapat dipastikan pelek tidak berfungsi dengan baik bahkan bisa mengakibatkan kecelakaan. Solusinya adalah mengganti atau mereparasi. Namun tidak semua perbaikan mampu mengembalikan pelek ke kondisi semula dan balance.

Biaya perbaikan atau penggantian juga tergolong mahal. Sebagai langkah pencegahan ada baiknya memperhatikan beberapa hal yang bisa membuat pelek rusak. Berikut penuturan Alfin Mulia Rahman, punggawa Rota Wheels, soal hal yang membuat pelek rusak.

1. Jalan rusak. Kerap melintas di jalan rusak, berlubang dan berbatu merupakan salah satu penyebab rusaknya pelek. Kondisi yang sering timbul adalah peyang di sekitar bibir pelek. Terlebih bila sering melintas di kondisi jalan rusak dengan kecepatan lebih dari 30 kpj. "Tumbukan keras akan terjadi dan dapat dipastikan membuat pelek bengkok atau peyang. Biasanya di bagian bibir, baik sisi luar maupun dalam," terang Alfin. Apalagi profil ban yang dipakai tergolong tipis.

Mengerem (hard braking) saat menghajar lubang karena melaju terlalu cepat, juga sering membuat pelek pecah ataupun bengkok, terutama ban depan. Itu disebabkan titik berat saat mengerem bertumpu di ban depan, lalu menghantam lubang di permukaan yang agak tajam. Kondisi terparah, ban bisa pecah dan benjol di bagian dinding (side wall). Jika jarak pengereman tidak mencukupi ketika hendak menghajar lubang, ada baiknya melepas tekanan pedal rem sesaat sebelum masuk lubang. Langkah tersebut mampu meminimalisasi dampak benturan, karena titik berat sudah bergeser.

2. Ban. Penggunaan karet bundar yang tidak sesuai dengan karakter pelek bisa berpeluang merusak bahkan mengganggu kenyamanan berkendara dan keselamatan. Ketika hendak mengganti ban, lebih baik ikuti spesifikasi bawaan pabrik. Jika pelek tak lagi standar, diskusikan dengan mekanik perihal spek ban yang cocok. Kecenderungan pelek rusak karena penggunaan profil ketebalan ban yang terlalu minim dan tapak yang terlalu lebar atau terlalu "narik" (gaya hella flush). Memasang ban off-road berukuran terlalu besar juga tidak disarankan jika tidak sesuai dengan karakter dan material pelek.

3. Tekanan angin. Selalu periksa tekanan angin ban. Karena jika kurang bisa menyebabkan pelek bengkok di bagian bibir atau pengok. Penyebabnya hampir sama dengan ketika menggunakan ban profil tipis. Sebaiknya pastikan tekanan angin sesuai dengan instruksi pabrikan yang terdapat di dinding bagian dalam pintu. 

Pelek Peyang atau Pecah

”Menghajar” lubang atau ”nyenggol” trotoar, jadi momok para pengguna mobil. Jika benturannya cukup keras, pelek riskan peyang, penyok, atau bahkan retak dan pecah. Jika sudah begini, dan kebetulan kantong kosong, solusinya menyervis. Banyak toko pelek dan ban yang menyediakan jasa ini, tapi yang spesialis bisa dihitung dengan jari.
Donny Apriliananda Pelek retak atau pecah, bsia juga diservis, tapi tidak menjamin kekuatannya.
Salah satu yang berpengalaman urusan servis pelek adalah Gelora Teknik Sarinande, bengkel bubut yang beroperasi di Jl Fatmawati no. 36, Jakarta Selatan. Banyak pemilik mobil yang membawa pelek peyang atau retaknya di sini, bahkan ada juga toko ban yang melempar pekerjaan tersebut di begkel yang letaknya bersebelahan dengan Pasar Mede ini.
Mulyono, supervisor Sarinande, mengakatan kepada KompasOtomotif bahwa untuk menyervis pelek sebaiknya menggunakan mesin. ”Banyak yang bisa mereparasi tapi caranya manual dengan diketok dan dipanasi. Kami menggunakan mesin press, peyang atau retak paling parah sekali pun bisa kembali rapi,”ungkapnya.


KerusakanPaling sering dikeluhkan adalah peyang atau penyok. Untuk perbaikan jenis ini dipatok Rp 150.000 - 200.000 ribu, per pelek. Mulyono menjelaskan bahwa kadang tak cukup hanya di-press. Untuk kerusakan tertentu butuh dibubut dan dipapas agar tetap simetris. Hampir semua kerusakan bisa diatasi, tapi tidak menerima cat dan poles.

Kerusakan lain adalah retak atau pecah. Kalau yang ini prosesnya hampir sama, di-press dahulu lalu dibuat presisi kembali. Namun ada langkah tambahan, yakni merapikan dengan dempul dan lem. ”Menyambungnya kembali nanti dilas secara manual. Lem dan dempul untuk menutup pori-pori agar lebih kuat,” sambar Mulyono.

Untuk kerusakan jenis ini dipatok paling murah Rp 250 ribu untuk pelek 18 inci ke bawah. Semakin besar diameter atau semakin parah kerusakan, harga bisa melambung, bahkan mencapai Rp 500.000 - 1 juta per pelek. Meski demikian, untuk pelek yang sudah diservis, saran Mulyono, tidak dipakai terlalu lama. Dia tidak menjamin soal kekuatan, meski hasil pengerjaan tergolong rapi.

 

Memilih Pelek Sesuai Karakter Mobil

Model dan gaya pelek sangat beragam, mulai jari-jari, palang hingga monoblok. Ukuran pun variatif mulai dari 15 hingga 26 inci. Model yang bagus belum tentu sesuai dan proporsional dengan karakter mobil. Begitu pula dengan diameter serta lebar pelek. Nah berikut arahan, Jamal, punggawa gerai pelek MdM, di Fatmawati, Jakarta, sesuai karakter mobil.

 
Pengecatan bisa menambah tampilan lebih kinclong
City Car dan Hatchback
Kategori dimaksud seperti Honda Jazz, Toyota Yaris, Ford Fiesta, Nissan March, Kia Picanto, dan lainnya yang sejenis. Bodi yang cenderung mini dan kompak paling pas memakai model jari-jari atau palang yang tidak terlalu lebar (tipis). Efeknya mampu menambah kesan sporty dan trendy. Mengenai ukuran bisa disesuaikan dengan lebar bibir spakbor. "Dipaksakan memakai ukuran terlalu besar terkesan dipaksakan. Lagipula bisa mengurangi kenyamanan dan keamanan berkendara," urai Jamal. Paling pas, lanjutnya, tambah 2 inci dari ukuran standar. Misal ukuran standar 14 inci berarti maksimal pelek yang bisa dipasang 16 inci.
 
 Mengganti pelek perlu hitungan rumus tersendiri
Sedan
Untuk sedan kompak (Toyota Vios, Honda City, Fiesta Sedan) desain yang sesuai masih mirip dengan city car. Hal tersebut disebabkan dimensinya yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk medium sedan atau di atasnya seperti Toyota Altis, Camry, Honda Civic, Accord, Ford Focus dan Mercedes-Benz, akan tampil elegan dengan memakai model monoblok. Bagi yang ingin tampil sporty bisa juga menggunakan model jari-jari yang rapat (jarak antara jari-jari).
Agar terlihat lebih elegan namun masih nyaman, untuk medium sedan bisa mengup grade diameter pelek maksimal hingga 18 inci. Sedangkan model saloon bisa sampai 20 inci.
SUV
Nah untuk jenis yang ini paling cocok memakai model palang. Baik model bintang maupun palang sejajar. Ubahan tersebut mampu memberikan kesan gagah dan macho. Agar lebih serasi, menurut Jamal, usahakan menggunakan ban dengan profil agak tebal. Diameter bisa naik hingga 3 level dari standar.
Lebar dan Offset
Pelek lebar saat ini sedang digandrungi. Jika ingin menggunakannya, perhitungkan ruang spakbor. Pastikan saat belok masih leluasa alias tidak mentok dinding dalam atau piringan penampang per bagian bawah. Disarankan, mobil kecil, lebar maksimum 7 inci, medium 8 inci dan saloon 10 inci.
Soal offset, disarankan posisi pelek harus sejajar dengan bibir fender. Semisal, ukuran standar pabrik 40. Jika ingin posisi lebih ke dalam, maka angkanya harus lebih besar. Sebaliknya, ingin lebih menempel dengan bibir fender, angkanya lebih kecil. Toleransinya tambah atau kurang 2 poin dari standar.

Rumus Ukuran Modifikasi Pelek dan Ban

Ibarat dunia fashion, pelek itu seperti sepatu yang dikenakan manusia. Bagian ini juga yang paling mudah diubah untuk meningkatkan penampilan mobil jadi lebih stylish dengan langkah instan. Tetapi, jangan asal milih pelek, harus disesuaikan ukuran yang sesuai dan yang paling penting keamanan serta kenyamanan.

Nah, untuk urusan ini KompasOtomotif menyambangi pusat bengkel khusus pelek dan ban Mdm di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan. Menurut Amar, penggawa Mdm dalam mengganti pelek dan ban punya rumusan khusus. Modifikasi diperbolehkan dengan batas maksimal tiga tingkat dari ukuran pelek bawaan pabrik (OEM).

"Sebenarnya, standar itu boleh naik 2 tingkat. Tapi, masih bisa naik 3 tingkat, tapi wajib ada penyesuaian lagi di bagian kaki-kaki," jelas Amar, belum lama ini. Misalnya, bagi pemilik Avanza terkini punya pelek standar bawaan pabrik berdiameter 14 inci. Bagi yang mau menaikkan ukuran peleknya menjadi 15 inci dengan ban 185/65. Jika mau bertambah lebih besar lagi menjadi 16 inci, ban yang digunakan 205/55. Selanjutnya untuk pelek 17 inci (paling besar) bisa menggunakan ban 205/50 atau 215/45.

"Ingat, semakin besar pelek, otomatis ban yang digunakan semakin tipis ketebalannya. Hal tersebut tentu akan mengurangi kenyamanan karena efek penyerap benturan dari ban berkurang dan hanya mengandalkan sok," beber Amar.

Kaki-kaki
Beberapa yang dilakukan pemodifikasi untuk mengakali masalah ini adalah dengan mengubah kaki-kaki mobil. Paling sederhana dengan mengganti per bawaan pabrik dengan karakter yang lebih kaku ayunannya. Fungsinya, dengan beban pelek dan ban lebih besar dari standar, otomatis butuh daya kejut lebih keras.

"Sebelum ganti pelek, diskusikan dulu dengan orang bengkel sehingga tahu apa saja yang harus diganti. Jangan sampai, sudah mobil enggak keren malah rugi karena harus jebol kaki-kaki," tutup Amar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar