Sebuah kisah nyata perjalanan spiritual manusia
Ketika negaramu sedang dipenuhi warna warni politik, ketika negaramu hampir terbagi dua karena satu pihak membela idola politiknya masing-masing, ketika pihak lain menghina lawan main politiknya, ketika teman-temanmu yang berbeda pilihan mahir menjadi pengamat politik dadakan, ketika siapapun bebas mengutarakan pendapat hak politiknya, ketika media massa menjadi pengamat ekonomi praktis melalui logika analitisnya, dan peran media sosial pun berubah menjadi ahli pengamat iptekpoleksosbudhankam dadakan, saat itu ada kecenderungan kenaikan harga-harga, bencana alampun timbul bersahutan maka berpergian kemanapun bukan suatu pilihan yang baik karena harus merogoh kocek yang lebih dalam, disamping itu kita harus memikirkan lebih bijak lagi dalam penggunaan uang, memperkirakan masa depan dan segala kemungkinan terburuk yang akan timbul dari sebuah gejolak. Tapi akan menjadi berbeda jika perjalananmu bukan perjalanan biasa yang hanya menghilangkan dahaga kepuasan jasmani, perjalananmu akan lebih berharga jika yang dipilih adalah perjalanan yang juga melibatkan rohani, perjalananmu akan terasa istimewa jika mencakup duniawi dan ukhrowi. Ya itulah UMROH sebuah ibadah kecil, sebuah perjalanan kecil yang mencakup aspek jasmani-rohani, juga duniawai-ukhrowi.
Mungkin cerita ini kurang menarik bagi sebagian besar orang, ya memang, karena di dalam cerita ini terlalu banyak aspek pengalaman pribadi sehingga akan timbul banyak subjektifitas dari sudut pandang penulis. Tapi biar bagaimanapun tulisan ini merupakan sebuah cerita singkat yang diperuntukkan konsumsi pribadi mengenai perjalanan seseorang di dalam sebuah sekelompok manusia yang menjalankan sebuah perjalanan spiritual, yang memiliki banyak hikmah yang WAJIB diambil dari kejadian tersebut. Sebuah perjalanan yang akan menjadi rutinitas bagi yang kaya, sebuah perjalanan yang akan menjadi kesempatan berharga bagi si miskin dan tetapi akan menjadi sebuah perjalanan yang memberikan inspirasi dan kemantapan iman bagi siapapun mereka tak peduli kaya maupun miskin. Karena disini sesuatu yang biasa bisa menjadi hal yang luar biasa, dan yang luar biasa bisa saja menjadi hal yang biasa. Ya itulah UMROH sebuah ibadah kecil, sebuah perjalanan kecil yang mencakup aspek jasmani-rohani, juga duniawai-ukhrowi.
Namun tak lengkap rasanya jika sebuah kisah ditulis tanpa adanya nama dan pelaku dari setiap peran. Sehingga penulis memohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada pihak-pihak yang terkait jika ada kesalahan, kekurangan, keburukan dan kejelekan lainnya yang tertulis tanpa maksud disengaja untuk membuka aib, namun agar dijadikan pelajaran dimana didalam setiap kejadian ada hal-hal yang sudah merupakan takdir Nya, ada hal-hal yang bersifat kewajaran (Sunnatullah) yang juga sudah digariskan oleh Nya dan sebagian lagi disebabkan oleh keputusan yang kita ambil yang juga tentunya merupakan bagian dari izin Nya. Sebagai contoh yang mudah ketika kita tahu bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Nya sebagai bagian dari takdir Nya, namun kita tetap memerlukan upaya untuk meraihnya dan hanya ada sedikit saja orang yang berdiam diri mendapatkan makanan dan uang sebagai rezekinya. Sebuah hal yang wajar jika kita tidak makan maka kita akan lapar, tetapi akan tidak wajar jika ketika kita lapar dan didepan kita disediakan sepiring makanan untuk kita makan, namun kita tidak meraihnya sehingga tetap lapar lalu mengeluh bahwa lapar ini merupakan takdir Nya. Lain halnya pula jika makanan tersebut bukan hak kita namun kita tidak berusaha untuk memintanya, ataupun membelinya sehingga sampai kapanpun kita akan lapar. Lain hal nya lagi jika yang kita makan adalah sepiring batu, sepiring tanah ataupun sepiring cabai pedas maka kita tahu Sunnatullah apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentunya banyak guru yang mengajarkan kita mengenai takdir Allah tersebut, baik yang termasuk sudah menjadi kewajaran (Sunnatullah) ataupun hal lainnya yang kita ambil dan putuskan (tentunya dengan izin Allah pula, biidznillah). Penulispun tidak akan banyak berteori tentang hal itu dalam kisah perjalanan ini. Dalam sebuah perjalanan spiritual penuh pembelajaran mengenai takdir Nya, Sunnatullah nya dan hal lain dengan izin Nya. Dan di dalam perjalanan ini banyak pelajaran yang bisa didapat. Ya itulah UMROH sebuah ibadah kecil, sebuah perjalanan kecil yang mencakup aspek jasmani-rohani, juga duniawai-ukhrowi.
Kenapa umroh mencakup aspek jasmani-rohani? Karena umroh memerlukan fisik yang kuat dan sehat yang bukan hanya cukup dengan niat dan tekad ataupun ambisi untuk menuntaskan cita-cita “nih saya sudah pernah umroh” bukan itu… umroh bukan hanya sekedar rutinitas urutan 5 kegiatan mulai dari
(a).niat, berihrom dimiqot
(b).thawaf, 7 kali mengelilingi ka’bah
(c).sa’i, perjalanan 7 kali ke bukit shafa dan marwah
(d).tahallul, memotong rambut sedikitnya 3 helai
(e).tertib
Bukan hanya soal itu, karena kalau hanya sekedar kegiatan tersebut maka 2-3 jam sudah cukup untuk menuntaskannya. Tapi aspek lain yang harus diperhatikan adalah aspek rohani yang mencakup kemantapan niat, hati, pikiran, jiwa yang baik, bersih, ikhlas, sabar atas segala yang terjadi mulai dari sejak awal kita berniat umroh sejak dari pendaftaran umroh hingga kepulangan ke tanah air, disana akan kau temukan banyak orang yang tidak sehat tapi mampu menuntaskan rangkaian kegiatan umroh, banyak yang tidak bisa melihat dan tidak bisa berjalan tapi sanggup melaksanakan rangkaian ibadah. Namun sebaliknya yang sehat bisa mendadak tidak bisa berjalan, yang bisa melihat tetapi mendadak tidak diizinkan untuk menyempurnakan ibadah, yang sudah berkali-kali umroh tetapi lupa jalan pulang bahkan tersesat tak tau arah.
Lalu kenapa umroh juga mencakup aspek duniawai-ukhrowi? Karena umroh bukan sekedar ibadah yang sifatnya rutinitas yang bisa dicapai sekejap mata. Karena umroh memerlukan materi dunia seperti uang sebagai bekal perjalanan, umroh juga memerlukan prosedur pemerintahan dan ketatanegaraan seperti KTP Passport, Visa, imigrasi, dan juga memerlukan sarana transportasi dan akomodasi lainnya. Memang ada sebagian kecil yang hanya perlu membawa ‘diri’ saja melalui undangan khusus dari kerajaan Saudi, tetapi apakah kita termasuk dalam kriteria tersebut??? Lalu umroh pun bukan sekedar pergi dan pulang kembali, banyak yang sudah bekali-kali umroh hanya agar dipandang hebat, banyak yang sudah ke baitullah tetapi hanya merasa biasa saja, banyak yang meminta berdoa agar hidup lebih baik tetapi tidak merubah dirinya menjadi lebih baik. Banyak yang bercerita umroh tetapi tidak ada tambahan kerinduan dan kecintaan yang mendalam terhadap agama islam, terhadap Allah dan Rasul Nya. Hanya sekedar untuk gengsi, update status, gaya-gayaan dan tidak mendalami makna yang terkandung dalam niat “LABBAIK ALLAHUMMA ‘UMROTAN”… semoga kita semua terhindar dari segala sifat buruk tersebut sehingga cerita yang ada dapat dijadikan pengalaman, pelajaran, motivasi dan hal positif lainnya ataupun “SEBAGAI RASA SYUKUR YANG BUKAN SEBUAH KEBANGGAAN YANG BERBUAH KESOMBONGAN” amiin ya robbal alamin.
Bermula dari sebuah niat yang direalisasikan oleh ayah saya, untuk memberangkatkan umroh sekeluarga sebelum waktu pensiun tiba yang kurang dari 2 tahun lagi. Pada bulan November 2014 ayah saya mendaftarkan umroh sekeluarga di sebuah travel bernama ILF* TRAVEL milik Pak Budi-Mas Ihsan, dimana Pak Budi saat ini juga bekerja di perusahaan swasta bersama ayah saya. Rencana keberangkatan umroh 9 hari terhitung dari tanggal 24 Des 2014 s.d. 3 Jan 2015 transit melalui Bangkok (Thailand), artinya kita akan mengalami hingar bingar libur natal dan tahun baru di sebuah kota suci dengan penuh kekhusyuan ibadah. Dengan mottonya ‘teman perjalanan anda menuju ke makkah’ ILF* TRAVEL menawarkan pilihan spesial akhir tahun dengan harga < US$ 1.700 (cukup fantastis murahnya dibanding travel lain). Setelah tak ragu mendaftar kamipun mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk keberangkatan seperti suntik meningitis (syarat wajib minimal 14 hari sebelum keberangkatan), peralatan, perlengkapan lain, serta mengikuti manasik umroh yang diselenggarakan 2 kali oleh travel pada bulan desember (di Ciputat dan Asrama Haji Pondok Gede), beberapa hari sebelum keberangkatan.
Dari pertemuan tersebut ada sekitar 70an orang yang dibagi menjadi beberapa grup sesuai tanggal keberangkatan penerbangan yaitu tgl 24 Desember, tgl 30 Desember dan 3 Januari. Menjelang hari-H kami diinformasikan bahwa belum ada kepastian pemberangkatan tgl 25 Desember dan direncanakan untuk diubah menjadi tgl 30 Desember sehingga bergabung dengan kelompok terbang lainnya dan diharapkan masih bisa mengisi malam tahun baru di Baitullah. Akhirnya kami pun menunggu kembali hingga tanggal yang ditentukan sambil mempersiapkan perlengapan lainnya yang diberikan oleh travel seperti ihrom, buku doa, seragam, tas kecil, tas jinjing dan tas koper.
Namun apa yang terjadi ternyata tgl 30 Desember pun ditunda karena alasan visa belum muncul, kamipun harus bersabar karena ini sudah merupakan ujian dalam rangkaian perjalanan umroh. Tgl 31 Desember pun kami diberikan kabar bahwa visa sudah didapat dan baru muncul, artinya harapan kembali muncul dan kami pun optimis untuk keberangkatan. Sesekali saya iseng googling untuk mencari info keterlambatan, beberapa kawan yang ditravel lain pun saya coba kontek dan tanya tentang hal ini, bahkan ada guru yang sudah mendarat di kota suci pun saya tanyakan tentang kendala dalam keberangkatan umroh.
Malam tahun barupun kami lewati di tanah air dengan penuh harap dan cemas akan keberangkaratan umroh kami. Hingga tanggal 1 Januari pun belum ada kabar mengenai maskapai penerbangan kami. Beberapa televisi dan surat kabar juga kebetulan menginformasikan beberapa jama’ah umroh yang terlantar, kami pun harus realistis dan pasrah pada Nya. Tgl 2 Januari pun kosong dan hampa tanpa kegiatan berarti.
Pada Sabtu dini hari 3 Januari 2015 beberapa jama’ah berkoordinasi dan berkumpul untuk mendatangi kantor travel untuk meminta kejelasan karena sudah mengarah ke sebuah penipuan. Dengan sedikit desakan akhirnya pihak travel meyakinkan kami untuk bisa berangkat hari ini. Entah senang ataupun kecewa akhirnya kami serombongan saling memberikan informasi untuk berkumpul pagi ini di bandara. Dari sekian banyak orang yang berniat umroh sekitar 70an orang hanya tersisa 38 orang yang berkumpul, mungkin inilah benar-benar tamu Allah yang diizinkan dan berhasil melewati tahapan ujian pertama tentang pemberangkatan, mereka yaitu:
- Mas Ihsan (Direktur dan perwakilan ILF* TRAVEL),
- Ust Daniel Barkah (Pembimbing Jama’ah Umroh),
- Mas Ari, Mba Rani (istri) dan kedua orangtuanya (Pa Djoko Widodo & Istri) semula daftar 12 orang,
- Pa H.Heri beserta istri dan kedua orangtuanya,
- Pa H.Romli beserta istri dan kedua orangtuanya,
- Pa Agung beserta istri (Ibu Wiwik) dan 2 anaknya (Mba Resta, Mas Almer)+ Pa Doyo (supir pribadi)
- Pa Hadhy beserta istri (Ibu Susmawati) dan 3 anaknya (Mas Fajar, Mba Afifah, Mas Naufal)
- Ibu Dwi dan Ibu Meita (rekanan 1 kantor)
- Mba Sri dan ibunya (Ibu Dasiah) domisili Kalimantan asal jawa
- Pa Sahono (kakek berusia 80 Tahun asal klaten)
- Pa Ah Makin dan Istri (Ibu Sri)
- Mba Ria dan Wulan
- Mba Rima (asal kudus)
- Mba Adelia Tambunan
- Mba Diah
- Ibu Har
- Ibu Buniah
Akhirnya pada hari sabtu ini kami berkumpul di Bandara Soekarno Hatta untuk menanti keberangkatan. Tapi apa info yang didapat, ternyata rombongan kami tidak bisa berangkat (info terakhir dari Pa Budi selaku pemilik travel, keterlambatan disebabkan karena rombongan kami belum memiliki tiket kepulangan dari Jeddah ke Jakarta). Sedangkan Mas Ihsan sebagai perwakilan travel yang ikut jama’ah umroh tidak bisa banyak memberikan penjelasan kepada kami. Alhasil hari ini kami gagal berangkat ke tanah suci. Beberapa keluarga jama’ah yang mengantar ke bandara mulai geram dan naik pitam, ada yang siap menyeret pihak travel ke meja hijau, ataupun ke pihak berwajib atau kalau perlu adu jotos karena hal ini sudah dianggap sebagai kasus penipuan. Apalagi jama’ah sudah terbayang rasa malu ketika harus kembali ke rumah, belum lagi mendengar omongan tetangga, omongan teman sekolah, teman kuliah, teman kantor dan sahabat lainnya yang mencibir karena gagal berangkat, tapi disitulah kita diuji.
Meskipun begitu entah kenapa saya merasa tak aneh, mungkin karena saat ini belum bekerja, atau mungkin karena tak merasa kehilangan uang ribuan dollar karena ayah saya yang bayar, atau mungkin karena masih ada keyakinan untuk berangkat kesana. Sore inipun jama’ah ditenangkan dengan diinapkan di hotel sekitar bandara dengan harapan jika tiket sudah done maka bisa langsung meluncur ke bandara dengan cepat. Alhasil untuk pertama kali dalam hidup saya, saya bermalam di hotel sekitar bandara, Alhamdulillah sebelum magrib kami sudah bisa check in dan istirahat hari yang cukup lelah setelah menanti seharian di bandara.
Sebenarnya lelah badan ini tetapi mata dan pikiran tidak bisa istirahat karena masih menunggu kabar keberangkatan, hanya saja tubuh ini butuh istirahat, harus istirahat. Sabtu yang cukup melelahkan…
Baru beberapa jam merebahkan tubuh, ada panggilan mendadak pada seluruh jama’ah, pukul 02.00 dini hari, hari ahad ini, jamaah wajib kumpul untuk check-in keberangkatan jam 04.00 shubuh. Alhasil tubuh ini pun harus bergerak lagi…
Perjalanan Umroh Hari Pertama (Ahad, 04 Januari 2015) :
Hari yang dinanti pun tiba, antara capek namun senang bercampur rasanya, meskipun pagi ini masih buta tapi kabar keberangkatan akan tiba, pukul 04.00 shubuh, kamipun seperti menghirup aroma umroh di bandara soekarno hatta. Semua koper dimasukkan ke bagian bagasi, tas jinjing kami bawa, jaket kami pakai untuk menahan hawa dingin pagi hari. Beberapa jama’ah dari travel lain juga terlihat menunggu di bandara, mungkin jumlah puluhan bahkan ratusan dengan atribut yang berbeda-beda. Tak terasa sudah masuk waktu shubuh kami pun sholat shubuh…
Lohh kalau sudah sholat shubuh berarti sudah jam 4 lewat, artinya bagaimana dengan pesawat kami??? Segera setelah sholat lagi-lagi sebagian besar jama’ah komplain ke Mas Ihsan sebagai perwakilan travel kami yang juga ikut sebagai jamah’ah dan meminta penjelasan. Sekarang kami semua sudah kehabisan akal karena tak jelas, semuanya sudah pasrah. Kami lihat ternyata koper-koper besar kami hanya dikumpulkan di sudut bandara bukan ke conveyor bagasi. Lagi…gelombang panik dimulai, jama’ah mengancam dan bahasa kasar keluar dari beberapa mulut keluarga yang mengantar jama’ah. Saya pribadi diam saja karena sudah banyak jama’ah (termasuk ayah saya) yang mulai mengeluarkan jiwa ‘pahlawan kesiangan’nya, mulai membandingkan pengalaman berpergian keliling dunia dengan bangganya dan lancar, mulai pamer pengalaman kemudahan dengan travel lain, mulai pamer kekuasaan untuk memanggil pengacara, pihak berwajib, meja hijau, atau kekuatan ototnya, tak luput juga jama’ah wanita ikut komplain, ada yang berbicara kasar ke pihak travel, tidak tanggung-tanggung meskipun berhijab. Memang tidak ada jaminan orang berhijab dengan akidah dan akhlak baik, tetapi orang berakhlak baik insyaallah beliau berhijab… usut punya usut katanya (lagi-lagi) tiket belum bisa di issued karena belum ada jaminan tiket pulang. Artinya jama’ah kami hanya punya tiket untuk pergi ke Arab Saudi tanpa punya tiket untuk kepulangan dari Arab Saudi ke Jakarta. Aturan aneh memang, tetapi hanya orang aneh yang berkata ini aneh, karena seharusnya pihak travel sudah mempersiapkan jauh-jauh hari mengenai tiket pulang-pergi+akomodasi disana. Apalagi semua jama’ah membayar biaya perjalanan umroh dengan full tanpa tapi. Setelah digali kembali, ternyata pihak ILF* TRAVEL yang memiliki jama’ah 38 orang berinduk kepada travel support service bernama LASAN** yang memiliki ratusan jama’ah yang juga harus diberangkatkan hari ini. Usut punya usut juga ada sekitar 20 orang rombongan ustadz dari Kota Bekasi yang sudah mengancam dan anarkis kepada pihak LASAN** (tentunya karena keterlambatan tidak jelas) yang harus ‘diprioritaskan’ untuk berangkat terlebih dahulu dan berita ini sudah masuk ke media elektronik. Akhirnya kamipun ‘dikorbankan’ untuk dinomorduakan, tetapi biar bagaimanapun, alasan apapun tidak dibenarkan apalagi hal ini berkaitan dengan ibadah. Dan jama’ah pun hanya berurusan dengan pihak ILF* TRAVEL. Adapun urusan ILF* TRAVEL dengan LASAN** bukanlah urusan jama’ah. TITIK.
Hampir pukul 09.00 artinya sudah beberapa jam nasib kami tak jelas di Bandara Soekarno Hatta. Ada sedikit perkembangan, katanya jama’ah akan diberangkatkan menuju Arab Saudi (Jeddah) dan transit melalui Malaysia (Kuala Lumpur). Apapun itu yang penting berangkat. Tiket sedang disiapkan, JakartaàMalaysia, MalaysiaàArab Saudi. Begitu pun tiket kepulangan dari Arab SaudiàMalaysia, tinggal menunggu confirm kepulangan MalaysiaàJakarta. Seperti alasan klasik lagi, setelah di cek dengan bantuan beberapa pihak katanya (lagi lagi) memang dibenarkan tinggal menunggu confirm tiket terakhir. Rupanya pihak ILF* TRAVEL sedang menunggu keputusan LASAN** untuk pembelian tiket kepulangan dari MalaysiaàJakarta, merasa kehabisan waktu dan pilihan, maka tak ada jalan lain kecuali jama’ah dikumpulkan untuk berunding.
Rencananya pukul 12.15 siang ini kami diberangkatkan menuju Malaysia. Alhamdulillah memang benar dan yang tercetak dalam tiket memang seperti itu. Tapi lagi-lagi ke masalah tiket kepulangan, pihak bandara katanya tidak memperbolehkan kami check-in jika tidak ada ketuntasan hingga tiket kepulangan. Artinya hanya ada dua kemungkinan terkait dengan waktu keberangkatan yang tinggal beberapa jam lagi, yaitu menunggu tiket pulang dari pihak travel sampai waktu yang tak jelas sehingga tiket berangkat hangus atau inisiatif jama’ah untuk membeli tiket kepulangan masing-masing. Karena tak ada waktu banyak, akhirnya salah seorang jama’ah bernama Pak Hadhy berinisiatif untuk mengcover biaya tiket kepulangan dan membeli sejumlah 38 tiket untuk jama’ah, tentunya jumlah yang tidak kecil mengingat harga tiket yang cenderung naik saat ini, disisi lain hal tersebut cukup aneh jika seorang jama’ah yang sudah membayar penuh ke travel tetapi harus merogoh kocek lagi untuk membeli tiket, apalagi untuk mengcover seluruh jama’ah. Namun hal tersebut mungkin adalah pilihan yang paling tepat untuk saat ini.
Akhirnya pukul 12.15 kami berangkat menujju negeri jiran Malaysia. Sedikit cerita rupanya ILF* TRAVEL merupakan travel baru yang juga baru perdana memberangkatkan jama’ah ke tanah suci, pengalaman terbang dan menangani case di lapangan pun tergolong sedikit. Sebelumnya memang para pengurus ILF* TRAVEL tergabung dan bekerja di LASAN** namun hal itu tentu belum lah cukup dan sangat jauh berbeda.
Hampir menjelang sore kami sampai di negeri jiran dan W.O.W ternyata kita belum bisa langsung diberangkatkan ke Arab Saudi karena tiket belum ada, sungguh aneh dan ironis padahal katanya hanya ada kendala di tiket kepulangan. Menjelang maghrib kami masih menunggu di bandara, bedanya sekarang kami berada di negeri orang, tak ada yang bisa dikomplain dan tak ada yang bisa dikompromikan. ILF* TRAVEL berinisiatif untuk melakukan city tour terlebih dahulu di malam hari ini untuk menutupi kekosongan waktu (yang lebih tepatnya ketidakjelasan rencana). Ternyata ada yang komplain, wanita yang komplain di Bandara Soekarno Hatta Jakarta sekarang juga komplain dan bersikukuh untuk tidak ikut city tour di malam hari dan lebih memilih istirahat di hotel. Alasannya bagus karena harus istirahat dan capek karena sudah seharian, tetapi mungkin cara penyampaian maksud dan komplainnya yang harus diperbaiki, tanpa harus berbicara lantang di hadapan seluruh jama’ah dan menuding ini-itu-begini-begitu. Apalagi anda kan berhijab (lagi-lagi saya dapat pelajaran nyata bahwa memang hijab tidak berbanding lurus dengan akhlak yang baik ataupun etika, tetapi sebaliknya dengan akhlak yang baik insyaallah kita mampu berhijab dengan baik). Akhirnya kamipun harus mengalah untuk mengantarkan mereka terlebih dahulu ke hotel, sebagian orang tua dan ibu-ibu pun ikut istirahat sedangkan sisanya yang lain melakukan city tour seadanya seperti ke Menara Kembar Petronas dan Masjid Jamie’ di daerah Putra Jaya, Malaysia. Meskipun saya tahu badan lelah tapi saya tak tahu kapan lagi bisa menikmati perjalanan seperti ini lagi, mungkin ini cara Allah menguji rombongan kami, yang nagkunya dan katanya grup kami terdiri dari orang–orang hebat yang berlagak seperti pahlawan. Tiada lain dan tiada bukan hanya sabar dan sholat yang bisa membimbing kami.
Tengah malam pun kami kembali ke hotel dan segera makan malam lalu istirahat, menanti kejutan lain lagi yang akan terjadi esok hari di negeri jiran ini.
Perjalanan Umroh Hari Kedua (Senin, 05 Januari 2015) :
Seperti biasa layaknya di pagi hari kami bangun pagi, sarapan dan saling diskusi dengan jama’ah lain, tak lain dan tak bukan membahas mengenai keberangkatan kami, semuanya hanya berspekulasi. Tak tahu pasti apa yang akan terjadi. Kabar baiknya (yang lagi masih katanya), sore ini kita akan terbang ke Arab Saudi. Satu hal yang harus dipahami ternyata Mas Ihsan sebagai pihak travel yang ikut serta dalam perjalanan ini masih bertanggung jawab dalam mengurusi keseharian kami, masih sanggup menjamu kami dengan makanan lengkap serta menyediakan penginapan yang pantas untuk kami istirahat. Kami pun mulai yakin dan optimis bahwa kita bisa kalau kita bersama. Kita mulai sadar bahwa ILF* TRAVEL hanya nebeng ke LASAN** sebagai penyelenggara, hanya sebatas mencari dan mengumpulkan peserta. Akhirnya kita bertekad untuk sama-sama berjuang sampai tiba di tanah suci dan kembali ke tanah air. Ada beberapa opsi yang muncul memang, seperti jama’ah akan dibagi menjadi beberapa kelompok keberangkatan, tetapi lebih banyak dari kami yang tidak yakin dan takut akan opsi ini. Padahal ternyata inti kesulitannya adalah masalah keterbatasan tiket dengan kapasitas 38 orang dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya kami dapat info lagi jam 16.00 kita akan take off menuju arab Saudi. Alhamdulillah.
Pukul 12.00 kami sampai di Bandara Kuala Lumpur Malaysia, untuk persiapan keberangkatan. Dan W.O.W ternyata ada 3 jama’ah wanita yang berkeinginan untuk membatalkan perjalanan umroh ini, rupanya wanita tersebut adalah orang-orang yang komplain ketika di Bandara Soekarno Hatta, mereka juga yang menolak untuk ikut city tour dan mereka juga yang berhijab lebar dan seingat saya salah satunya adalah yang terus menerus membaca alquran di pesawat dan duduk di samping saya. Entah apa pikiran mereka tetapi kita harus positif thinking bahwa mungkin mereka belum siap, atau mungkin mereka punya uang lebih banyak dari kami untuk ikut dengan travel lain, atau mungkin mereka lebih banyak waktu luang di hari lain. Tapi yang pasti semua itu dengan izin Allah, bisa saja Allah mentakdirkan untuk tidak memenuhi panggilan Nya saat ini, apapun itu, itu adalah keputusan mereka dan pilihan mereka. Kamipun harus menjaga emosi, egoisme dan hal buruk lain saat kita sudah mentekadkan untuk melakukan ibadah umroh. Kamipun meminta agar saling mendoakan dan mengajak untuk saling memaafkan. Biar bagaimanapun ujian ini merupakan kehendak-Nya. Setelah itu mulailah bertebaran gossip dan isu-isu tentang mereka….sstttt.
Rencana berubah dengan sekejap, entah apa dan bagaimana caranya kami mendapat tiket keberangkatan pukul 14.30 bukan 16.00, lalu kamipun segera bergegas. Ketika itu 1 dari 3 orang yang berniat cancel umroh mengurungkan kembali niatnya. Alhasil beliau ikut kembali dalam rombongan dan patut diapresiasi. Dari semula jumlah kami 38 orang sekarang fix menjadi 36 orang, semuanya bergegas dan fokus pada pemberangkatan pesawat karena kami tak mau lagi ada penundaan. Akhirnya kami pun naik pesawat menuju Jeddah (Arab Saudi) Alhamdulillah 8 jam perjalanan terasa sangat nikmat. Lelah pun terbayar sudah.
Sekitar pukul 18.00 waktu setempat (berbeda 4 jam dengan tanah air, 22.00) kami tiba di Bandara King Abdul Aziz (Jeddah, Arab Saudi), kami istirahat sejenak dan bersiap menunggu arahan selanjutnya. Hanya sedikit kendala disana, paling-paling pegawai bandara yang suka iseng menanyakan passport kami ataupun meminta uang receh. Selanjutnya kamipun diinstruksikan untuk berihrom karena akan melakukan umroh pertama dan langsung menuju makkah (harusnya kami niat dan berihrom di tempat miqot yang ditentukan, yaitu bi’run ali atau yang lebih dikenal dengan bir’ali, yaitu ketika pesawat melintasi tempat yang dimaksud). Hari sudah memasuki tengah malam sudah dan kamipun harus bergegas. Kemudian kami melanjutan perjalanan dengan bis menuju makkah.
Perjalanan Umroh Hari Ketiga (Selasa, 06 Januari 2015) :
Tengah malam kami sampai di kota suci Makkah Al Mukarromah, kami merapihkan barang dan sedikit istirahat karena sekitar pukul 02.00 dini hari kami akan melaksanakan umroh pertama, tentunya segala larangan umroh sudah berlaku sejak kami berniat dan berihrom tadi diantaranya yaitu wa la rofatsa wa la fusuqo wa la jidala.
Pukul 02.00 dini hari kami keluar hotel dan udara dingin mulai menusuk perlahan. Menurut informasi gadget berkisar 20’C – 25’C, cukup dingin tentunya. Kami berjalan menuju masjidil haram bersama rombongan. Tak jauh juga dari jam besar (grand zam-zam) dan cukup dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Rombongan kami terpecah menjadi beberapa bagian karena sang ustadz Daniel selaku pembimbing dan Mas Ihsan selaku perwakilan travel harus menunggu sampai seluruh jama’ah komplit dan siap untuk melakukan umroh, kebetulan juga di dalam rombongan umroh kami ada seorang bapak yang memerlukan bantuan karena sudah memakai kursi roda sejak keberangkatan dari Jakarta dan Alhamdulillah kami terharu beliau ikut dalam perjalanan suci ini. Ayah saya pun membentuk rombongan tersendiri bersama keluarga dan beberapa orang lainnya tanpa ustadz pembimbing. Mudah-mudahan tidak ada kesalahan yang dilakukan sehingga umroh pertama kami diterima dan mabrur. Alhamdulillah bertepatan dengan adzan shubuh pertama sekitar pukul 04.30 kami pun sudah selesai melaksanakan umroh pertama kami. Tiada hentinya dalam setiap kesempatan kami panjatkan doa untukku pribadi, orangtuaku, keluargaku, saudara saudariku, tetanggaku, guru-guruku, teman-teman sekolahku, teman-teman kuliahku, teman-teman kerjaku, teman-teman lainku wabilkhusus beberapa nama yang juga sudah menitip pesan padaku sebelumnya, aku berdoa agar:
-Pendidikan sekolah/ kuliah yang sedang dijalani agar dapat dipermudah, diperlancar dan diizinkan agar bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya dan bermanfaat, lebih baik, lebih berkah, dapat dibanggakan.
- Pekerjaan yang lebih baik, lebih layak, lebih berkah, lebih diridhoi dan lebih dibanggakan.
-Calon pendamping hidup/ jodoh yang baik, sehat, qurrota ‘ayun juga seKUFU baik dari segi agama, kecantikan, harta,dan keturunannya. Serta diridhoi kedua orangtua sehingga memberikan hidup yang lebih baik, lebih layak, lebih berkah dan lebih bangga dan bahagia.
-kesehatan, kebahagiaan dan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
-hajat, cita-cita dan keinginan yang belum tercapai agar dimudahkan dan diridhoi. Amiin ya robbal alamin.
Setelah rangkaian umroh pertama pun lalu kamipun duduk bersimpuh dan memperbanyak ibadah dihadapan baitullah sambil menunggu shubuh. Adzan shubuh kedua pun sudah dikumandangkan sekitar pukul 06.00 kami pun bersiap untuk shubuh berjama’ah.
Selepas shubuh saya hampir tersasar karena menunggu jama’ah lain yang sedang ke toilet. Sudah hampir 1 jam saya menunggu, belum lagi komunikasi via handphone agak susah karena beda operator selular. Kami sebelumnya sudah berkomitmen untuk berkumpul di gerbang nomor 88 sebagai mana pintu awal masuk. Dengan susah payah Alhamdulillah saya berhasil menuju tempat yang dimaksud, maklum ini merupakan pertama kali saya masuk ke masjid yang sangat besar, sangat megah dan sangat sakral. Kamipun kembali ke hotel untuk sarapan pagi, mandi dan selanjutnya istirahat atau acara bebas. Kebetulan dari 5 keluarga yang ikut secara lengkap, hanya keluarga kami yang dipisah-pisah dalam pembagian kamar, entah mengapa tapi sudah tidak jadi masalah toh kami sudah sampai di kota suci dengan selamat. Kebetulan juga saya satu kamar dengan adik saya (Naufal), Pak Doyo (sopir pribadi Pak Agung), Mbah Sahrono, dan Pak Ah Makin. Selama beberapa hari kedepan keempat orang inilah yang akan menjadi keluarga baru saya.
Selepas sarapan, kami istirahat dan beberapa menit sebelum adzan sholat berkumandang kami bersegera ke Masjidil Haram agar mendapatkan shaf yang paling depan, dekat dengan Baitullah. Alhamdulillah semua nya berjalan lancar hingga malam tiba, kamipun meminum air zam-zam sepuasnya, ibadah sepuasnya, mengambil gambar sepuasnya, bahkan mengelilingi sudut-sudut masjid megah ini, tidak ada cerita aneh seperti yang dikisahkan orang lain dalam rombongan kami, seperti diinjak orang hitam, mencium bau keringat orang dari negeri lain, sholat berhimpit-himitan ataupun dilangkahi, tersesat di dalam masjid ataupun tersesat hingga menuju masjid lain. Beberapa jama’ah kami mengalami hal itu dan semua kejadian itu adalah kehendak Nya.
Perjalanan Umroh Hari Keempat (Rabu, 07 Januari 2015) :
Hari ini jadwal kami adalah melakukan city tour di Kota Makkah, selepas sholat shubuh seperti biasa kami sarapan, mandi dan siap-siap. Alhamdulillah sebelumnya kami masih sempat melakukan thawaf di sekitar ka’bah. Subhanallah tempat ini tak pernah sepi, meskipun kami sudah datang pukul 02.00 dini hari, tetap saja masih ramai. Kami pun sempat berfoto di dekat baitullah.
Setelah semua siap kami pun berangkat dengan bis dan panduan dari ust Taufik Bukran untuk mengelilingi Kota Makkah. Kami pun singgah di dekat gunung yang terdapat Gua Hira, kemudian mengunjungi masjid-masjid bersejarah, hingga melewati Mina, Musdalifah, Padang Arafah hingga Jabal Rahmah yang alkisah menyebutkan tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa. Setelah rangkaian city tur tersebut kami menuju tempat miqot bernama Ji’ronahuntuk niat berihrom dan melakukan umroh kedua pada sore hari.
Setelah melakukan city tour kami kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak agar dapat melaksanakan umroh kedua di sore hari. Umroh kedua ini saya niatkan untuk kakek saya dari ibu. Lalu seperti biasa kami berkumpul bersama untuk persiapan umroh kedua, namun lagi-lagi rombongan kami terpecah dikarenakan tidak semuanya memiliki kesiapan yang sama. Alhamdulillah setelah ashar berjama’ah di masjidil haram kami melakukan thawaf 7 putaran di lantai 2, lalu sa’i dan sempat terpotong untuk sholat maghrib dan isya berjama’ah kemudian menyempurnakan kembali sa’i dan terakhir dilanjutkan dengan tahallul. Selepas itu kami pun istirahat di hotel. Begitulah rutinitas kami di Makkah, lelah badan pun tak terasa karena nikmatnya ibadah dan yang pasti semua adalah kuasa Allah dan saya juga bersyukur karena teman sekamar kami tidak pernah mengeluh capek dalam ibadah, bahkan Mbah Sahono yang telah berumur 80 tahun selalu berada di garis depan untuk urusan ibadah dan kegiatan lain.
Malam ini Pak Doyo dan saya berencana bangun tengah malam dengan harapan baitullah tidak ramai dan ingin mencium Hajar Aswad. Sekitar jam 12 malam saya dan Pak Doyo bangun, adik saya kelelahan dan ingin istirahat, sedangkan Mbah Sahono dan Pak Ah Makin tidak kami ganggu dan tetap tidur pulas karena khawatir kecapekan. Alhamdulillah sesuai rencana dan sedikit berjibaku dengan jama’ah dari Negara lain, kamipun berhasil menyentuh dan mencium Hajar Aswad meskipun saya merasa kurang puas karena mencium nya berhimpitan dengan kepala dari jama’ah lain. Tapi apapun itu saya syukuri dan Alhamdulillah semua kehendakNya. Kami pun kembali ke hotel untuk istirahat sejenak dan mempersiapkan diri esok pagi.
Perjalanan Umroh Hari Kelima (Kamis, 08 Januari 2015) :
Seperti biasa pukul 02.00 dini hari kami bangun untuk bergegas menuju Masjidil Haram. Entah kenapa kami tidak mengeluh meskipun istirahat kurang cukup, semua adalah karena izin Nya. Kami melakukan ibadah-ibadah sunnah sampai adzan shubuh pertama dan kedua dikumandangkan, indahnya suara adzan di Makkah tiada tandingannya, suara imamnya pun memecah kekantukan kami. One does simply ketika masuk Masjidil Haram adalah alas kaki, alas kaki bisa saja dititipkan di rak sepatu paling depan tetapi tidak ada jaminan utuh ketika kembali pulang. Akhirnya sandal jepit dan kresek pun menjadi favorit bagi setiap jamaah karena bisa mudah dibawa-bawa. Mudah2an tidak membawa najis sehingga tidak mengurangi pahala dari ibadah kami. Amiin ya robbal alamin.
Hari ini jadwalnya adalah bebas, dalam arti perbanyak ibadah dan tidak ada jadwal khusus. Sebagian jama’ah pergi ke masjidil haram, ada yang berbelanja, ada yang foto-foto di setiap sudut, ada juga yang istirahat, saya dan teman sekamar kebetulan berencana cukur rambut karena kebetulan jama’ah pria yang lain dalam rombongan kami sudah gundul plontos. Satu hal yang unik, orang arab disini sudah paham bahasa Indonesia mulai dari kata murah, tiga riyal, lima riyal, ayo dipilih, cukur dan kata-kata lain dalam berniaga dengan logat cukup unik. Kebetulan saya tidak gundul plontos hanya botak 1 cm karena agak sedikit tak terbiasa dan katanya kulit kepala dan bentuk kepalaa saya tidak bagus…hahaha ada-ada saja. Setelah itu kami kembali ke kamar hotel untuk istirahat, diskusi dan mengisi waktu dengan ibadah sunnah sampai mendekati waktu adzan tiba. Alhamdulillah 5 waktu sholat bisa kami lakukan dan berada dekat dengan Baitullah.
Malam ini beberapa jama’ah mengajak bersama-sama untuk mencium hajar aswad, namun harus dengan komitmen dan berpasangan agar memudahkan kontrol. Akhirnya saya berniat ikut kembali dan mengajak adik saya yang perempuan, sedangkan adik saya Naufal bersama Mas Ihsan, dan Mbah Sahono yang sudah tua pun ingin ikut mencium didampingi Pak AH Makin, sedikit dagdigdug juga tapi kita serahkan semua pada Nya. Sedangkan Pak Doyo mengalah untuk menjaga kamar, disamping itu beliau sudah cukup puas karena bisa mencium hajar aswad kemarin malam tanpa banyak kendala.
Akhirnya tengah malam kami bangun sesuai rencana. Banyak kejadian unik disini, mulai dari Mbah Sahono yang timbul tenggelam dalam lautan orang yang berebut mencium hajar aswad, adikku yang perempuanpun tiba-tiba mendapat pengawalan manis dari orang besar yang memudahkannya mencium Hajar Aswad, hingga bertemu ibu-ibu yang sudah bengkak pipinya gegara terpukul oleh orang lain saat rebutan. Akhirnya kami berenam berhasil mencium dengan tanpa banya kendala dan lancar. Kamipun mengucap syukur berkali-kali. Disitu kami bertemu jama’ah satu rombongan yang suaminya tidak bisa menjangkau Hajar Aswad meskipun sudah berkali-kali percobaan, istrinya berhasil namun tidak sang suami, istrinya sempat menangis dan memohon ampun dan berdoa kepada Allah agar suaminya diizinkan mencium Hajar Aswad, namun ternyata tidak juga berhasil. Entah apa maksudnya, tetapi semua itu bisa jadi pelajaran dan semua atas izinnya meskipun hal ini adalah perkara yang sunnah dan bukan wajib. Toh ayah dan ibuku juga tidak memaksakan kehendak, mungkin karena faktor fisik dan umur. Usut punya usut ternyata suaminya itu salah satu dari jama’ah yang mengancam akan mempidanakan pihak travel saat terjadi kisruh di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta lalu.
Perjalanan Umroh Hari Keenam (Jum’at, 09 Januari 2015) :
Hari ini merupakan hari terakhir kami berada di Makkah Al Mukarromah, sore hari ini kami akan bertolak menuju ke Madinah Al Munawwaroh, kota suci lainnya di Arab Saudi. Di hari yang suci ini kami akan melakukan thawaf perpisahan atau yang disebut thawaf wada. Sebagian besar jama’ah dengan dibimbing ust. Daniel akan melaksanakan umroh ketiga, ada sedikit keinginan dalam diri saya untuk umroh kembali tapi saya, keluarga, teman sekamar dan beberapa lainnya tidak memaksakan kehendak mengingat waktu di hari jum’at yang agak cukup sempit. Setelah sarapan, mandi, istirahat sebentar lalu kami siap-siap menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf wada sekitar pukul 09.00.
Ternyata meskipun masih pagi, jama’ah sudah banyak yang berkumpul mulai dari yang ingin thawaf, ibadah sunnah lain, sampai menunggu waktunya jum’atan. Alhasil kami cukup berdesakkan dan terbawa arus hingga tiba dilantai 3, kami pun memutuskan untuk melaksanakan jum’atan terlebih dahulu lalu melaksanakan thawaf wada setelahnya. Sekitar pukul 13.00, setelah jumatan usai kami melaksanakan thawaf wada, setelah itu kami menuju hotel untuk makan siang dan siap-siap untuk keberangkatan menuju madinah.
Ada sedikit insiden dimana 1 orang dari jama’ah kami ternyata sengaja meninggalkan rombongan untuk menemui keluarganya yang ada di Arab Saudi, tak ada kabar dan konfirmasi tapi memang sejak awal wanita yang satu ini tidak terlihat untuk serius ikut umroh baik dari segi pakaiannya yang dikenakan ataupun perlengkapan yang dibawanya. Entah apa yang dipikirkannya tetapi sepertinya tak ada itikad baik dari beliau, sms dan telfon pun tidak direspon, meskipun ini sejatinya bukan urusan kami tapi tentunya kami akan terkena dampaknya di kemudian hari. Walhasil jumlah jama’ah di rombongan kami sekarang berkurang menjadi 35 orang.
Selepas ashar kami beserta rombongan bersiap untuk pergi ke kota Madinah menggunakan bis dan akan menempuh waktu sekitar 6 jam. Dalam perjalanan ini kami dipertemukan kembali dengan Ust Taufik Bukron sebagai pemandu dan salah seorang mahasiswa semester 4 yang kuliah di Madinah bernama Irfandi asal NTT, Indonesia. Dalam perjalanan beliau menerangkan lika-liku kota Makkah menuju Madinah. Beruntung karena perjalanan malam hari sehingga kami bisa sekaligus istirahat di dalam Bis.
Perjalanan Umroh Hari Ketujuh (Sabtu, 10 Januari 2015) :
Tengah malam menjelang dini hari kami sampai di madinah dan W.O.W ketika kami turun dari bis kami merasakan jalanan sangat sepi sekali dan yang lebih W.O.W lagi ternyata udara dingin langsung menusuk tubuh. Gadget kami menginformasikan bahwa suhu saat ini mencapai 15’C bahkan bisa mencapai 5’C begitu pula beberapa orang menyatakan yang seperti itu. Dan yang membuat kami senang adalah jarak dari hotel kami cukup dekat menuju Masjid Nabawi. Alhamdulillah.
Setelah istirahat sebentar, kami pun bersiap-siap melaksanakan sholat pertama kami di Madinah, yaitu sholat shubuh. Alhamdulillah kami pun berkesempatan juga untuk menunaikan sholat sunnah di raudhah, menziarahi makam Rasul dan sahabat, berkunjung ke Makam Baqi dan mampir ke perpustakaan Masjid Nabawi.
Siang hari nya pun kami beribadah sebagai mana biasa dan dilanjutkan dengan mengelilingi indahnya kemegahan Masjid Nabawi. Subhanallah indahnya tak tergambarkan kata-kata.
Menjelang malam pun kami sisipkan ibadah dan istirahat secukupnya.
Perjalanan Umroh Hari Kedelapan (Ahad, 11 Januari 2015) :
Hari ini jadwalnya adalah city tour di kota madinah. Selepas sholat shubuh berjama’ah kami sarapan pagi dan siap-siap untuk berwisata mengelilingi kota Madinah. Diantaranya kami mampir melihat kemegahan Masjid Quba, mengeksplorasi kebun kurma, dan juga mampir ke Gunung Uhud tempat terjadinya peperangan pada zaman dahulu di masa Rasulullah.
Setelah hampir seharian berkeliling kami kembali ke hotel untuk istirahat karena harus mempersiapkan hari terakhir di Arab Saudi. Karena esok adalah hari kesembilan yang artinya kami harus siap-siap melakukan perjalanan kembali ke tanah air.
Perjalanan Umroh Hari Kesembilan (Senin, 12 Januari 2015):
Pagi hari kami sudah bangun seperti biasa untuk ke Masjid Nabawi dan melaksanakan sholat shubuh, hawa dingin yang sangat menusuk membuat beberapa dari kami alergi dan sedikit bentol kemerahan di sekitar tubuh kami.
Selepas shubuh kami sarapan dan siap-siap karena sebelum zhuhur harus sudah check-out dari hotel dan meninggalkan Madinah. Dengan perasaan sedih campur senang akhirnya kami dapat menyelesaikan rangkaian ibadah umroh kami, dan kami berharap semoga umroh kami mabrur dan segala doa yang kami panjatakan dapat dikabulkan segera. Kamipun berdoa agar dapat kembali lagi kesini. Amin.
Siang ini kami pun meluncur dengan bis menuju Jeddah tempat bandara King Abdul Aziz berada. Namun setelah hampir beberapa jam perjalanan kami semua diturunkan di sebuah hotel yang terletak di sebuah kawasan yang agak kurang rapih dan lebih banyak gedung bertingkat yang lebih layak disebut rumah susun, begitu pula kondisi jalanan, dan orang-orangnya sudah tidak beraturan, yang berpakaian preman, berpakaian lusuh, tidak menutup aurat, sudah menjadi hal biasa. Kabarnya daerah ini bernama alballad atau yang lebih dikenal dengan corniche. Artinya tanda tanya besar lagi untuk kami mengenai tiket kepulangan. Tapi apapun itu kami sudah terbiasa mendengar istilah penundaan.
Kami pun memilih istirahat dan mengurung diri dikamar, lagi-lagi saya dipersatukan dengan keluarga baru saya dengan formasi yang sama yaitu Pak Doyo (Supir Pribadi Pak Agung), Mbah Sahrono yang berusia 80 tahun dan Pak AH Makin, sedangan adik saya yang cowo bergabung dengan ayah saya di kamar lain.
Perjalanan Umroh Hari Kesepuluh (Selasa, 13 Januari 2015) :
Lagi-lagi pagi ini kami masih disini, mungkin kami anggap ini adalah bonus tambahan perjalanan. Kamipun berjalan ke daerah sekitar hotel yang lebih dikenal dengan corniche, pusat belanja elektronik dan oleh-oleh murah bagi para jama’ah haji dan umroh. Tak heran juga jika banyak nama-nama yang indonesiawi seperti toko ali murah, selamat datang, bakso mang oedin, tiga riyal, dan kata-kata unik lainnya. Lagi-lagi pegawainya pun cukup piawai berbahasa Indonesia. Kalau diibaratkan seperti di Jakarta, maka corniche ibarat ITC Mangga Dua, Glodok ataupun Pasar Senen, dengan ciri khas ramai dan agak berantakan, namun harga yang dijual cukup miring. Bayangkan harga 1 buah kaos cukup 10 riyal atau setara 35.000 rupiah itupun belum ditawar dan belum dimintakan bonus.
Setelah hampir setengah hari berkeliling dan berbelanja kami kembali ke hotel, makan siang, sholat istirahat, nonton TV, diskusi dengan teman sekamar. Lagi-lagi membahas tiket kepulangan, bertukar pikiran, saling memberikan opsi, dan membuat kami makin akrab satu sama lain. Hanya itu yang bisa kami lakukan.
Perjalanan Umroh Hari Kesebelas (Rabu, 14 Januari 2015) :
Pagi ini kami masih berada di tempat yang sama, hotel yang sama sekitar alballad yang berjarak beberapa kilometer dengan bandara kami di Jeddah, setelah debat panjang dengan berbagai opsi meja hijau, pihak berwajib, KBRI, KUH akhirnya kami mengambil keputusan harus pulang dengan terpisah menjadi beberap penerbangan sebagai jalan terbaik pada saat ini. Mba Diah pun termasuk salah satunya yang harus pulang lebih dahulu karena suaminya yang tidak berumroh dan berada di Jakarta sudah berkoordinasi dengan pihak travel disana. Beliau juga berjanji untuk mengurus kepulangan sisa rombongan kami. Mba Sri dan Ibunya pun juga begitu, suami mba Sri yang tidak berumroh dan berada di Jakarta datang untuk menekan pihak travel agar bertanggung jawab. Akhirnya dirundingkan bahwa akan ada 8 orang yang akan terbang terlebih dahulu ke Jakarta dengan komitmen harus mengurus kepulangan rombongan kami yang masih tersisa di sini. Akhirnya sore ini 8 orang tersebut berangkat menuju Jakarta. Kami pun berdoa agar mereka selamat sampai tanah air.
Perjalanan Umroh Hari Keduabelas (Kamis, 15 Januari 2015) :
Pagi hari kami sudah siap-siap untuk menuju bandara, kami sempat dilarang karena hotel belum lunas dibayarkan oleh pihak travel, seolah kami disandera di sini sebagai jaminan atas kenakalan travel di Jakarta, kami pun diskusi lagi dan melalui debat panjang akahirnya kekurangan biaya hotel kami tutupi bersama-sama, tiket pun diupayakan agar bisa dicetak hari ini sehingga kami bisa menyusul ke 8 orang anggota rombongan kami yang sudah terbang menuju Jakarta. Alhamdulillah kabarnya beliau sampai di Jakarta dengan baik dan selamat.
Akhirnya kami ‘kabur’ menuju bandara. Selama perjalanan info dan kabar baik terus di update oleh Mas Ihsan selaku perwakilan ILF* TRAVEL, 11 orang dari kami diinfokan akan terbang sore ini menyusul 8 lainnya. Sesampai di bandara (lagi-lagi) ada penundaan. Katanya hanya bisa 9 orang yang diizinkan terbang, entah kenapa masalahnya, akhirnya 2 orang harus berkorban tinggal lebih lama lagi di Arab Saudi dan dijanjikan untuk ikut di penerbangan pertama pada keesokan harinya. Dari ke 9 orang itu, termasuk ibu dan adik perempuanku akhirnya berangkat ke Jakarta. Sedangkan 2 orang yang gagal yaitu Pa Hadhy dan Mba Adelia mendapatkan fasilitas inap dari pihak maskapai.
Kamipun sempat kebingungan karena hari sudah cukup larut dan udara di sekitar bandara cukuplah dingin. Akhirnya kamipun mencari penginapan sesuai jarak dan budget seadanya. Kamipun menginap di hotel bandara, berharap ada keajaiban lagi. Dalam kelelahan dan ketidak jelasan kami saling diskusi. Kamipun semakin erat dan akrab diselingi canda, tawa, sholat berjamaah dan aktifitas kebersamaan lainnya. Alhamdulillah kami masih bisa istirahat dan makan dengan baik ujar hati kecil kami. Kamipun tak pernah tau apa rencana Allah selanjutnya untuk kami.
Perjalanan Umroh Hari Ketigabelas (Jum’at, 16 Januari 2015) :
Hari ini jum’at kedua kami di Arab Saudi. Meskipun masih berada di bandara kami tak berhenti berharap agar segera kembali ke tanah air, pagi, siang hingga sore kami habiskan waktu untuk berkeliling di sekitar hotel bandara. Baru pada pukul 17.00, 2 orang dari rombongan kami check-in untuk penerbangan menuju Jakarta, yaitu Pak Hadhy dan Mba Adelia, yang kemarin penerbangannya tertunda karena suatu hal. Alhamdulillah beliau mendapatkan service yang memuaskan dan bisa mendapatkan fasilitas executive class dan langsung menuju Jakarta.
Sekarang tinggal kami ber 16 yang menanti tiket pesawat, tak selang berapa lama kami mendapatkan tiket kepulangan dari Arab Saudi meskipun lagi-lagi harus transit di negeri jiran, Malaysia. Tapi tak apa kami sudah siap dan terbiasa J kami pun berdoa, saling bersalaman dan berpelukan, tak lupa ust Taufik Bukran pun mengiringi kami dengan memberikan hadiah air zam-zam @5liter/ jama’ah. Sobat Mas Irfandi pun yang selama ini menemani suka duka kami harus kami tinggalkan agar beliau bisa melanjutkan liburan dan kuliahnya di negeri ini. Akhirnya pukul 21.30 waktu setempat pun kami sudah berada di pesawat, melepaskan lelah dan penat selama untuk 8 jam kedepan.
Perjalanan Umroh Hari Keempatbelas (Sabtu, 17 Januari 2015) :
Akhirnya pukul 11.00 siang, kami sampai di bandara Kuala Lumpur-Malaysia. Setelah cukup lelah selama kurang lebih 8 jam berada di pesawat kami pun istirahat beberapa menit dan tanpa banyak acara lagi kami lanjutkan untuk check-in penerbangan menuju Jakarta, tanah air kami. Akhirnya pukul 12.55 kami naik pesawat dan sampai di tanah air sekitar jam 15.00. lalu kamipun segera mengambil bagasi, berpamitan dan tak lupa saling mendoakan kepada yang lain agar dapat berjumpa kembali, bersilaturahmi kembali di tempat yang baik dalam suatu kebaikan, baik di tanah suci maupun di tanah air. Keluarga baru kami yang Allah pertemukan melalui ujian, suka duka, manis pahit pengalaman. Kini kami hanya tersisa sebanyak 16 jama’ah sebagai rombongan terakhir, di situlah perasaan haru bercampur senang karena begitu banyak pengalaman dan pelajaran yang terlalu berharga. Ada rasa sesak dan rindu yang merasuk dalam dada.
Ada beberapa kesan mendalam terutama kepada 16 jama’ah yang terakhir selain saya dan adik saya, diantaranya:
-Mas Ihsan yang seumuran atau bahkan lebih muda dari saya, meskipun belum menjadi pengurus travel yang memuaskan tetapi tetap berusaha bertanggungjawab dan tegar menghadapi tuntutan jama’ah.
-Ust Daniel, meskipun bertubuh kecil tetapi jiwa, pengalaman, dan nasehatnya yang besar dengan gaya sunda nya yang khas dan lebih santai
- Pa Agung, Ibu wiwik, Mba Resta, Mas Almer+Pa Doyo yang perhatian kepada kami dan sementara ‘menampung’ kami sebagai rombongan terakhir yang terpisah dari keluarga
- Ibu Dwi dan Ibu Meita yang juga easy going
- Pa Sahono, mbah yang selalu digaris depan, bergetar ketika ibadah, rajin ibadah sunnah dan mampu mencium hajar aswad di usianya yang tidak muda lagi
- Pa Ah Makin dan Ibu Sri yang seperti orang tua kami sendiri
- Mba Rima yang selalu ceria dan rajin berfoto bersama
- Ibu Har yang pendiam dan tidak banyak mengeluh
sebetulnya seluruh jama'ah yang berjumlah awal keberangkatan 38 pun memiliki kesan tersendiri bagi saya, namun ke 16 orang inilah yang sampai akhir benar-benar saling berjuang bersama hingga akhirnya bisa sampai di tanah air. kami pun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan sama-sama saling memohon maaf apabila ada kesalahan.
Dari perjalanan ini kami dapatkan juga pengalaman spiritual yang nyata, di depan mata kami sesuatu yang direncanakan bisa berubah total, sesuatu keadaan yang tiba-tiba emosional, pembatalan sepihak, bertemu dengan lansia yang tidak pernah mengeluh, bapak berkursi roda, wanita-wanita single, pemuda kecil, keluarga baru kami, tersasar ke jalan lain, dibutakan didepan ka’bah, perdebatan dalam ibadah dan banyak hal lain lagi yang bisa diambil sebagai pelajaran. Tentunya semua hal tersebut tidak akan pernah didapatkan di perjalanan lain. Mungkin ada hikmah yang ingin disampaikan Allah dalam kejadian ini.
Entah apalagi rencana Allah selanjutnya buat kami J
Malam minggu kami penuh rasa warna-warni J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar